Sumanto Manusia Kanibal `Beraksi` Lagi, Kali Ini Bikin Ngakak!


Nama Sumanto sempat menghebohkan publik pada 2003. Pria asal Desa Pelumutan, Purbalingga, Jawa Tengah, ini menjadi terkenal karena kebiasaannya memakan daging manusia.

Sumanto saat itu percaya daging mayat yang dimakannya bisa memberikan kekuatan supranatural. Akibat keyakinannya itu pula Sumanto mengaku telah memakan daging dari tiga mayat yang berbeda.

Aksinya sulung dari lima bersaudara itu akhirnya terbongkar. Dia divonis hukuman penjara setelah terbukti bersalah dalam kasus pencurian mayat.

Kini, pria berusia 46 tahun itu telah menjadi 'manusia baru' yang siap mengarungi kehidupan baru. Sejak keluar dari penjara pada 2006 silam, Sumanto tinggal di Panti Rehabilitasi Mental An-Nur, Bungkanel, Purbalingga, Jawa Tengah.

Sumanto sebenarnya sangat ingin pulang ke kampung halamannya, namun ia selalu ditolak warga di sana.




Selama tinggal di panti, Sumanto memperlihatkan perubahan sikap yang cukup drastis. Ia makin dekat dengan Sang Pencipta dan menjalani berbagai pekerjaan. Hal itu diungkapkan pengurus panti rehabilitasi sekaligus orang yang merawat Sumanto, yakni Supono.

Menurut Supono, Sumanto mampu membaca Alquran. Bahkan pada beberapa kesempatan, Sumanto juga mengumandangkan azan. Yang lebih mengejutkan, Sumanto sempat mendapat kepercayaan mengisi ceramah saat diundang ke sebuah pengajian.

Tapi ada satu momen yang membuat Supono geleng-geleng kepala. Sumanto pernah diberi tugas untuk mengurusi burung-burung kicau miliknya.

Ia berharap Sumanto akan memiliki keterampilan merawat burung dan hal itu bisa berguna di kehidupannya kelak.

Namun, bukannya merawat burung milik Supono, Sumanto malah bikin ulah.

Ia melepaskan burung-burung yang diketahui mempunyai harga cukup mahal. Ulah Sumanto bikin sang pengasuh tepuk jidat.

"Saya pasrahi untuk beri pakan burung, eh malah dilepas burungnya, haduh," kata Supono.

Namun Supono tak bisa memarahi Sumanto karena alasan bijak sekaligus konyol. Menurut Sumanto, ia melepaskan burung milik pengasuhnya itu karena merasa iba. Ia tidak tega jika burung-burung harus terpenjara dalam sangkar dan tidak bisa menghirup udara bebas.

Mendengar alasan Sumanto, perasaan Supono pun campur aduk. Ia dongkol sekaligus terharu. Supono akhirnya memaklumi perbuatan Sumanto.

Menurutnya, nasib Sumanto tak berbeda dari burung-burung di sangkar. Ia tak bisa ke mana-mana, terpenjara karena ulah di masa lalunya.

0 comments